Pages

Tuesday, May 20, 2008

Meningkatkan Kualitas Tidur


TIDUR, tentu tidak sekadar mematikan lampu, berbaring di kasur, berselimut, memejamkan mata, kemudian tidur pulas. Bagaimana bisa tidur pulas kalau kamar tidurnya berantakan bak kapal pecah, pengap, berdebu, dan menjadi sarang nyamuk (risiko demam berdarah)? Bisa-bisa Anda begadang setiap malam atau terpaksa tidur sekadarnya, dan jangan heran jika keesokan hari badan terasa keju linu dan rentan penyakit.

Kamar tidur merupakan ruang yang paling pribadi, dan paling lama didiami, setidaknya lebih dari 6-8 jam per hari. Secara psikologis, penataan kamar tidur yang tepat akan membuat penghuni beristirahat tenang, nyaman, dan badan menjadi segar sehingga kita dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat dan bugar.

Kamar tidur merupakan ruang yang memerlukan sentuhan khusus, mulai dari penataan ruang, pemilihan warna, hingga keperluan perabot. Kamar tidur bukan tempat sekadar tidur, namun tempat berelaksasi memulihkan kesegaran dan kesehatan metabolisme tubuh. Dengan sentuhan sedikit, kamar tidur dapat tampil cantik, menawan, dan lebih sehat.

Secara fisik, kamar tidur harus memiliki luas ruang yang cukup lega. Kamar tidur menyediakan bukaan-bukaan jendela, ventilasi, dan bisa ditambah skylight, yang cukup untuk menjamin kelancaran sirkulasi udara segar dan cahaya alami.

Kelancaran sirkulasi udara akan menjaga kesegaran udara dalam ruang dan menekan pemakaian alat pengondisian hawa (AC), terutama di siang hari. Tinggi plafon yang rendah dapat menimbulkan efek menekan yang bisa membuat pemakai menjadi stres. Tinggi minimal setidaknya 2,75 meter.

Biasakan membuka jendela di pagi hari, pukul 05.00-09.00, untuk penggantian udara dalam ruang dengan udara segar yang baik untuk kesehatan. Keteduhan pepohonan di sekitar rumah dapat membantu menghadirkan kesejukan kamar di siang hingga sore hari dan melupakan AC.

Bukaan jendela yang lebar dan panjang hingga menyentuh lantai memberikan siraman sinar Matahari yang berlimpah ke dalam kamar tidur yang sangat bagus untuk menghangatkan dan membunuh kuman bakteri dalam ruangan di pagi hari. Keteduhan pepohonan di sekitar rumah membantu penyerapan panas Matahari siang hari, sekaligus tetap mampu menerangi ruangan dan meniadakan pemakaian lampu di sepanjang pagi hingga sore hari.

Peletakan skylight di atap kamar tidur juga memberikan pesona tersendiri. Selain sebagai sumber pencahayaan alami dan penghawaan udara, skylight mampu menghadirkan alam langit biru (siang hari) dan taburan bintang serta sinar rembulan (malam hari) masuk ke dalam kamar tidur.

Suatu hal yang masih langka dilakukan para perancang dan penghuni rumah, tentunya dengan tetap mempertimbangkan faktor keamanan lingkungan rumah.

Penataan kamar tidur juga disesuaikan dengan pemakai utama kamar. Kamar tidur anak-anak lebih diarahkan pada suasana kamar yang cerah ceria yang mampu menstimulasi imajinasi kreatif si anak.

Gambar-gambar dari dongeng anak dan tokoh-tokoh kartun merupakan media yang umum dipasang untuk menghiasi kamar guna memperkenalkan alam. Bagi kamar remaja, nuansa romantis biasa menghiasi kamar gadis, sedangkan nuansa sportif dengan hiasan poster-poster idola tokoh heroik, atlet, atau pemusik lebih mendominasi kamar jejaka.

Kamar orangtua lebih menghadirkan suasana yang tenang dan elegan. Keterpaduan warna senada lantai, dinding, plafon, dan perabot dengan nuansa etnik tradisional dan dekat dengan alam cenderung mendominasi kamar tidur ini.

Komposisi pemakai kamar tidur, perabot, dan luas ruang harus seimbang. Perabot yang diletakkan dalam kamar diseleksi sesuai dengan kebutuhan utama pemakai dengan keterbatasan ruang yang ada. Pemilihan prioritas perabot dipan, meja rias, meja belajar, lemari pakaian, dan perlengkapan lainnya sedapat mungkin hanya yang paling penting saja yang dimasukkan dalam kamar tidur. Lagi pula kamar tidur bukan gudang tempat penyimpan barang.

Bagi penghuni rumah mungil, kamar tidur perlu ditata lebih optimal dan efisien. Perabotan jangan terlalu banyak, sesuaikan dengan kebutuhan utama pemakai kamar tidur. Terlalu banyak perabot hanya akan menambah beban pemeliharaan kebersihan kamar. Jika tidak, perabot merupakan tempat empuk sarang debu dan nyamuk.

Bagi yang memakai dipan tempat tidur, kolong tempat tidur dapat dimanfaatkan sebagai lemari tempat menyimpan pakaian, aksesori, dan perlengkapan pribadi lainnya. Untuk ruang belajar atau ruang kerja dapat memakai ruang keluarga atau ruang makan di dalam atau teras belakang yang asri. Kamar tidur pun dapat digunakan secara optimal untuk beristirahat penuh tanpa gangguan pekerjaan.

Bagi yang memiliki ruang lebih luas, kamar tidur dimungkinkan dibuat walk-in closet yang tengah tren di kalangan menengah atas.

Untuk menjaga kelancaran sirkulasi udara disarankan berhati-hati bagi pemakai kasur bantal kapuk dan karpet. Bagi penghuni kamar yang mengidap alergi sebaiknya tidak memakai perabot tersebut. Kini telah banyak beredar kasur jenis spring bed yang lebih baik untuk kesehatan tidur. Jika kasur yang dipakai masih jenis kasur kapuk, penghuni harus rajin menjemur dan membersihkan tempat tidur seminggu sekali.

Keterbatasan luas ruang merekomendasikan barang-barang elektronik (televisi, telepon biasa/seluler, radio, atau komputer) ditaruh di luar kamar tidur, seperti di ruang keluarga atau menyediakan khusus ruang kerja/belajar di bawah tangga. Pengurangan atau peniadaan barang elektronik di kamar tidur dilakukan untuk meminimalisasi pencemaran gelombang elektromagnetik (elektrosmog) yang kurang bagus bagi kesehatan dalam jangka panjang, apalagi untuk kamar tidur anak-anak.

Pemilihan nuansa warna kamar tidur harus dilakukan dengan tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas kamar tidur lebih sehat. Karakter ruang yang baik dan pemilihan warna yang tepat sesuai dengan kepribadian dapat menciptakan kualitas hidup sehat yang bersifat menenangkan secara fisik dan mental pemakai kamar tidur.

Warna lembut bumi gradasi hijau daun, biru laut, ungu tua, atau coklat tanah menciptakan efek menenangkan, sesuai untuk penghuni aktif yang perlu "didinginkan". Untuk warna hangat cerah gradasi kuning, oranye, atau merah, mampu menstimulasi semangat beraktivitas, sesuai untuk penghuni pasif yang perlu "dirangsang".

Hindari warna-warna masif (block) atau gelap, seperti hitam, biru tua atau hijau tua, karena akan membuat kesan ruang "menekan" dan dapat memicu depresi penghuni rumah. Permainan gradasi warna dari gelap (lantai/tanah), sedang (perabot, dinding/ pepohonan), hingga terang (plafon/langit) menciptakan kesan ruang alami yang harmonis dan siap mengantar mimpi indah Anda.

Kamar tidur yang nyaman untuk beristirahat memberikan terapi psikis dan fisik secara langsung yang sangat baik untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh penghuni rumah. Kini penghuni dapat berelaksasi dengan gratis dan sehat di kamar tidur sepuasnya.

Namun, jangan lupa untuk tetap rajin membersihkan kamar tidur setiap hari. Maka, sempatkanlah segera membenahi kamar tidur Anda. Tidur nikmat, tidur sehat.

Sumber : [url]http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/12/rumah/907661.htm[/url]
Lupakan Tidur Delapan Jam Sehari!!

Jakarta, KCM

Forget 8-hour Norm.. ! Demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Alasannya pun sangat kontoversial, orang yang tidur delapan jam sehari atau lebih cenderung meninggal lebih cepat. Tentu saja ini menggugat dogma lama bahwa orang dewasa sebaiknya tidur delapan jam sehari. Bisa jadi ada benarnya juga, perlu Anda tahu, orang-orang hebat macam Bung Karno, Mahatma Gandhi, Nehru, Margaret Thatcher umumnya tidur hanya dua sampai tiga jam sehari dan terbukti tidak mengalami gangguan kesehatan berarti, bahkan tetap produktif. Anda nilai sendiri, kurang apa produktifnya orang semacam Bung Karno atau Thatcher? Mereka orang-orang "besar" yang sangat berambisi dan memiliki daya saing yang tinggi.

Sebaliknya di dunia ini juga ada sekelompok orang yang tidur 8-12 jam dalam sehari dan kalau Anda termasuk diantaranya, berarti Anda dapat digolongkan sebagai manusia dengan tipe penidur. Manusia penidur biasanya kurang aktif bersaing, kurang ambisi, dan cepat menerima apa adanya. Hidup memang bukan hanya tidur. Juga hidup bukan untuk tidur. Tapi jangan lantas dianggap tidur itu tidak penting. Orang yang sehat justru harus tidur dengan nyaman, sehingga ketika bangun, badannya segar kembali dan bisa
melakukan aktivitas dengan baik. Terutama bagi pekerja keras seperti para eksekutif atau profesional, mereka yang selalu mendambakan produktivitas tinggi dan prestasi kerja.
Kalau kemudian jam tidur yang normal bervariasi dari dua jam sampai 12 jam sehari, pertanyaannya lantas berapa jam tidur yang paling ideal? Kembali merujuk pada penelitian di Amerika tadi yang dilakukan selama enam tahun dan melibatkan lebih dari satu juta manusia, disimpulkan bahwa tidur tujuh jam perhari adalah yang terbaik.

Tidur enam jam, lima jam, tidak masalah "Tidur enam jam sehari tidaklah buruk," ujar Prof Daniel f. Kripke, MD, pimpinan riset soal jam tidur ini dan psikiatri di University of California, San Diego kepada WebMD. Orang Amerika, katanya, tidur rata-rata enam setengah jam sehari. "Anda tidak harus tidur delapan jam sehari dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan apabila Anda tidur kurang dari itu," tegasnya.

Sejauh ini terbukti sangat aman tidur hanya tujuh jam, enam jam, bahkan lima jam sehari dan ini memperkuat penelitian yang dilakukan sebelumnya, kata pakar masalah tidur Donald L Bliwise, PhD, dari Atlanta's Emory University. Namun, ia mengingatkan bahwa tidak baik pula bagi kesehatan Anda apabila terus menerus tidur dalam jumlah sedikit dalam waktu yang cukup lama. "Dalam beberapa malam tidak masalah Anda kurang tidur, itu bukan sesuatu yang harus dirisaukan," kata Bliwise. "Tapi bila Anda terus menerus tidur kurang dari lima jam sehari, malam demi malam, barulah perlu dikhawatirkan. Sebab kalau Anda tidur hanya empat jam selama berminggu-minggu, itu juga tidak baik," tambahnya.

Risiko Kematian

Krike dan kawan-kawan menganalisa hasil penelitian dari American Cancer Society yang diadakan antara tahun 1982-1988. Studi ini mengumpulkan informasi tentang kebiasaan tidur dan kesehatan manusia yang diamati selama enam tahun. Orang yang dijadikan obyek penelitian rata-rata berusia 30 -102 tahun.

Orang yang tidur delapan jam sehari, selama penelitian tersebut, memiliki risiko 12 persen meninggal lebih cepat. Risiko meningkat menjadi 17 persen pada orang-orang yang tidur tujuh jam sehari. Sementara risiko lebih besar, 34 persen terjadi pada orang-orang yang tidur sepuluh jam sehari. "Risiko kematian pada orang yang tidur sepuluh jam sehari, sama dengan risiko kematian pada orang kegemukan," kata Kripke.

Lantas bagaimana dengan orang-orang yang kurang tidur? Risiko kematian lebih
awal sebenarnya terjadi pula pada mereka yang kurang tidur, namun prosentasenya lebih kecil. Risiko kematian lebih cepat tercatat sebesar 8 persen pada orang-orang yang tidur enam jam sehari. Jumlahnya meningkat menjadi 11 persen terhadap orang yang tidur lima jam sehari. Sedangkan risiko kematian sebesar 17 persen disandang orang-orang yang tidur hanya empat jam sehari.

Mengapa tidak baik tidur lebih lama?

Kebanyakan tidur sama halnya dengan kebanyakan makan, kata Jim Horne , PhD,
dari Loughborough University, Inggris, yang juga melakukan penelitian yang berkaitan soal tidur ini. Ia bilang, "Sama seperti kalau Anda makan lebih dari yang dibutuhkan dan minum lebih dari yang diperlukan tubuh, atau minum bir, dan memakan makanan yang tidak kita butuhkan. Begitulah, selama ini mungkin Anda tidur lebih dari yang Anda butuhkan, " katanya. Perlu Anda simak pula peristiwa yang terjadi di Perancis beberapa waktu lalu, yang menunjukkan bahwa terlalu banyak tiduran atau berada di ranjang terlalu lama tidaklah sehat. Delapan mahasiswa Perancis yang bermalas-malasan di
ranjang selama enam pekan dengan letak kepala lebih rendah daripada kaki mereka, kekebalan tubuhnya melawan virus dan tumor ternyata menurun antara 40-50 persen dalam dua minggu pertama.

Orang Indonesia tidur lebih lama

Bagaimana di Indonesia? Dalam penelitian psikiater Dr Yul Iskandar, orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokkan harinya. Lebih parah lagi dalam penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar beberapa waktu lalu, menunjukkan 30-40 persen aktivitas mereka untuk tidur. Seharusnya, kalau mau produktif dan bekerja lebih banyak, orang Indonesia perlu mempersingkat jam tidurnya.
Bayangkan, ketika Indonesia dipimpin seorang Presiden seperti Bung Karno yang hanya tidur dua sampai tiga jam sehari bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang "besar" pada masanya. Bagaimana bila saat ini semua pemimpin Indonesia memiliki pola tidur yang sama, tentu kita ini bisa mengatasi krisis lebih cepat. Ya setidaknya, kita berharap saja pada putri Bung Karno yang kini menjadi presiden, semoga ia juga mengikuti pola tidur bapaknya sehingga bisa lebih produkif ... (KCM/IM)

Sumber : [url]http://www.indonesiamedia.com/2002/may/kesehatan-0502.htm[/url]